Hari-hari Penuh Hikmah

Luar biasa! Aksi Bhineka 412 mampu menunjukkan kualitas sebenarnya dari virus dan kuman yang selama ini terus menggrogoti bangsa ini. Bukan orangnya yang saya maksud disini, tapi pola pikir dan cara pandang yang mereka anut. Mulai dari pembesarnya yang menuhankan uang, selalu berkeyakinan bahwa segala urusan bisa lancar dengan uang, diikuti dengan sikap egoisme dan kesombongan hingga memaksakan kekuasaan kepada orang lain. Pengikutnya juga begitu, otak mereka terbelenggu di dalam lambung. Dunia ini tidak berarti apa2 kalau lambung bisa terisi. Mereka akan korbankan apa saja, rasa malu, rasa persaudaraan, segala aturan dan norma, negara bahkan aqidah pun tidak akan segan2 mereka gadaikan. Akibatnya sudah pasti kerusakan dan kekacauan dimana2. Pemerintahan jadi rusak oleh virus ini dari atas sampai tingkat akar rumput. Uang menjadi tuhan, menjadi tujuan, dan muara segalanya. Maka Allah tunjukkan segalanya ketika orang2 berpenyakit ini dikumpulkan di suatu tempat.

Aksi Bhineka 412 bertujuan sebagai tandingan 212. Yaitu untuk menegaskan bahwa ada sebagian masyarakat yang jumlahnya juga banyak memiliki aspirasi berbeda dengan aksi 212 sebelumnya. Artinya mereka ingin aksi 212 tidak dianggap sebagai aspirasi nasional atau global. Padahal sudah terbukti bahwa aksi 212 dihadiri masyarakat Indonesia dari segala penjuru dengan berbondong2, dengan biaya sendiri dan segala pengorbanan. Aksi 212menunjukkan loyalitas, patriotisme, nasionalisme, dan kebangsaan yang didasari oleh keimanan yang utuh. Mereka tidak mau aqidah dan negara mereka terus dieksploitasi, dirusak, dan dilecehkan oleh mereka yang menuhankan uang dan hanya memikirkan diri sendiri.

Aksi 412 bagaikan bumerang yang menampar wajah mereka sendiri. Allah singkapkan dengan perantaraan ini belang yang selama ini mereka hias-hiasi. Terpampang dengan jelas watak, sifat, dan tujuan mereka. Lihat lah semua tipu daya ini. Lihat kecongkakan dan pemaksaan ini. Lihat semua pelanggaran hukum ini. Lihat kebobrokan dan kekacauan ini. Lihat kekumuhan dan ketidak-disiplinan ini. Sungguh menyedihkan melihat orang2 dewasa berebut nasi bungkus. Mereka tidak sadar diperalat untuk tujuan jahat. Atau bisa saja sadar, tapi nasi bungkus dan selembar rupiah lebih penting dari semua itu. Syukurnya semua ini mampu membungkam orang2 nyinyir yang sok bijak, yang menyimpan kebencian dan niat buruk di balik kata2 indah, yang selalu menyodorkan madu beracun untuk dicicip orang2 polos. 

Alhamdulillah bi ni'matai al-iman wa al-Islam.