Mereka Ulama Tanpa Tandingan

Setelah membaca dan mengkaji biografi para Imam Mazhab yang empat, maka sungguh saya sadari bahwa mereka adalah para ulama yang sangat mengagumkan yang belum ada bandingannya dalam sejarah manusia.
Mereka orang2 yang mempunyai kebanggaan yang tak akan takluk dihadapan pesona dunia. Mereka menyimpan kecintaan yang mendalam kepada Allah Swt, terpatri dan mengakar jauh ke dalam jiwa mereka. Keteguhan dan ketangguhan mereka menjadi faktor penyebab kecintaan umat kepada mereka, sekaligus memberikan kecemasan kepada para pendosa dan mereka yang berbuat zalim.
Mereka menjadi raja dalam keterasingan, membuat cemburu para penguasa yang iri melihat umat yang selalu bersama mereka. Walau penguasa2 itu telah mencoba memanfaatkan wibawa keagamaan para ulama ini demi kepentingan mereka, namun usaha mereka tidak pernah berhasil dan selalu diabaikan.
Ketakwaan mereka yang kokoh, kecerdasan mereka yang bersinar, keluasan ilmu dan wawasan mereka, menjadi sebaik2 modal dalam khidmah mereka terhadap agama ini.
Ketenaran mereka ditengah umat bukanlah suatu kebetulan atau omong kosong belaka, malah menurut saya adalah sebuah kewajaran yang sudah semestinya. Tidak seorang pun yang kalau dia berbicara jujur tanpa ta'assub, mampu menolak tingginya martabat para pembesar ulama dan ahli fiqih ini, yang mana posisi tersebut merupakan karunia Allah Swt yang dipersiapkan bagi mereka.
Mengapa umat mengikuti para Imam ini?!
Suatu yang bisa kita saksikan bersama, bahwa umat ini menyerahkan kepemimpinan dalam hal ilmu agama kepada para fuqaha (ahli fiqh), bukan kepada (muhaddisin) ahli hadis, bahkan hal ini berlanjut sampai di zaman kita sekarang ini.
Menurut saya ada dua hal yang menyebabkan hal ini:
1. Bahwasanya setiap fiqh mazhabi selalu berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah dengan pendalaman menyeluruh terhadap makna dan maksud dari teks2 tersebut.
2. Bahwasanya Para Ahli Hadis sejak dulunya (kecuali sedikit dari mereka) lebih berfokus kepada sanad daripada isi hadis. Penelitian silsilah periwayatan hadis yang rumit telah menyibukkan mereka dari pendalaman fiqh yang luas, sehingga mereka jarang menetapkan hukum dan maslahah yang memilki kaidah2 tersendiri sebagai wasilahnya. Hanya saja di sisi lain para ulama sepakat bahwa fiqh tanpa sunnah sebagaimana sunnah tanpa fiqh, adalah suatu kesalahan yang fatal dan berbahaya.
Yang jelas, kenyataan yang ada bahwa para Imam2 besar ini memiliki pengikut setia yang berpegang teguh dengan mazhab Imamnya. Disamping itu kenyataan yang lain, bahwa juga ada orang2 yang tidak mengikut para Imam, bahkan menganggap para Imam tersebut sama sekali tidak memiliki keutamaan.
Hanya saja mazhab2 fiqh ini seiring berjalannya waktu telah jauh dari bentuk mulanya. Para pemimpin ulama2 mazhab dulu menerangkan makna al Qur'an dan Sunnah dan menganggap keterangan mereka sebagai suatu ijtihad yang diyakini dan dipegang oleh mereka dan pengikut2 mereka. Tapi mereka sama sekali tidak pernah menganggap bahwa hanya pendapat mereka saja yang benar lalu kemudian menyerang orang yang berbeda paham.
Kemudian sekarang ini datanglah pengikut2 belakangan yang menganggap penjelasan (ijtihad) mereka ini sebagai asal atau sumber agama yang mesti dijelaskan dan menjadi satu2nya pegangan. Mereka melihat pendapat2 ini sebagai agama yang mesti diikuti.
Dari sini muncul lah muqallid2 mazhab yang bermacam2, yg tidak ragu menyerang saudaranya ketika melihat mereka berbeda dalam amalan ibadah. Sebagaimana dari sini juga mulai adanya pemisahan atau ketidakserasian antara buku2 hadis dari buku2 fiqh.
Kemunduran khazanah keilmuan Islam ini telah banyak membawa kerusakan di tengah2 umat. Kita sangat2 paham bahwasanya setiap Imam memiliki corak dan cara yang berbeda dalam berdalil, sedangkan setiap mereka sama sekali tidak pernah menganggap Imam selain mereka lebih lemah atau rendah. Kemuliaan dan keutamaan mereka sama dalam kuatnya hubungan mereka dengan al Qur'an dan Sunnah.
Di sisi lain muncul pula orang2 yang hanya sibuk dengan hadis tapi mulut mereka tidak lepas dari cercaan kepada para Imam, semuanya atau sebagiannya. Kalau lah seandainya yang mereka sesali adalah para muqallid mazhab yang jumud, yg merasa kebenaran hanya pada mereka, tentu tidak akan terlalu menjadi masalah.
Kita akan mendapati tuduhan2 yang sangat tidak pantas diucapkan kepada ulama. Seperti tuduhan bahwa Imam ini ingkar sunnah, Imam itu menyalahi ajaran Rasulullah Saw dan tuduhan semisalnya. Atau kita dapati ucapan2 seperti engkau mengikuti Imam Fulan atau mengikuti Rasul Saw? Seolah bagi mereka Imam tersebut membangkang kepada apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Padahal ijma' ulama bahwa siapa pun yang sengaja mendustakan ajaran Rasul Saw telah keluar dari agama Islam.
Lalu bagaimanakah kita memahami perbedaan2 ijtihad antar Mazhab sedangkan semuanya sama2 berasal dari sumber yang sama? Apa penyebab perbedaan2 itu? Bagaimana kita menyikapi perbedaan2 yang ada dalam pemahaman fiqh? Pertanyaan2 ini akan saya coba jawab dalam status saya berikutnya yang berjudul 'Mengikut Mazhab atau mengikut al Qur'an dan Sunnah?'

Komentar

Komentar via Facebook

Paling Sering Dikunjungi

🧭 Pertarungan Penentu Abad Ini: Jika Iran atau Israel Kalah, Apa Nasib Palestina?

Apakah Perang Iran-Israel Nyata atau Pura-pura? Membedah Perang Proksi dan Perebutan Pengaruh di Timur Tengah

Konflik Timur Tengah: Melampaui Tabir Sektarianisme dan Membaca Geopolitik Sesungguhnya

Tulisan Baru