Islam dan Filsafat
Filsafat adalah ilmu dalam rangka pengejawantahan karunia Allah kepada manusia berupa akal, indra dan intuisi. Ketiganya adalah alat yang diberikan Allah kepada manusia untuk mencapai ilmu dan kebenaran. Hanya saja dalam Islam ilmu dan kebenaran hakiki tidak akan dicapai manusia tanpa bimbingan wahyu yang memiliki kebenaran mutlak dari Sang Pencipta. Kemampuan berpikir manusia dalam mencapai kebenaran haruslah dalam koridor yang telah dibatasi syariat.
Ontologi, sebuah bagian dari filsafat mampu mengantarkan manusia untuk memahami hakikat penciptaan dirinya. Buat apa dia diciptakan? Siapa yang menciptakan? Bagaimana dia sebelum diciptakan? Kemana dia setelah mati? Pertanyaan2 yang semuanya memiliki jawaban di ayat2 al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw. Tapi manusia tidak akan menyadarinya tanpa proses berpikir. Oleh sebab itulah Allah menyuruh manusia berpikir di setiap pembuktian adanya Sang Pencipta Swt.
Bagian kedua adalah epistimologi. Dengannya manusia mampu memahami, berartikulasi, menyusun proposisi, menyatakan pendapat, berargumentasi, melakukan analogi, membuat putusan dan menarik kesimpulan. Epistimologi atau makrifat adalah ilmu mendefinisikan segala sesuatu sehingga seseorang tidak salah dalam berpikir. Maka ia menjadi faktor penentu dalam proses berpikir yang manusia diperintahkan untuk melakukannya. Ketika membentuk sebuah definisi pun tentu dalam Islam dibatasi oleh syariat sehingga tidak bertentangan.
Bagian ketiga adalah axiologi. Axiologi adalah sistem nilai. Dengannya manusia mampu membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk, dan mana yang bagus mana yang jelek. Manusia memiliki karunia untuk melakukan proses pembedaan ini. Hanya saja dalam Islam semua harus mengikut nash syar'i, tidak bebas mengikuti alam liar pikiran manusia yang terkadang dikendalikan nafsu. Sudah dibuktikan dalam hal ini tidak satu perkara pun akal manusia yang lurus bertentangan dengan wahyu yang datang dari Allah.
Untuk mencapai semua itu maka dibutuhkan worldview atau cara pandang yang sesuai dengan Islam pula. Worldview ditumbuhkan melalui pendidikan yang diterima sejak kecil, pengalaman hidup dan lingkungan sekitar. Bila worldview seseorang sudah Islami, memiliki jiwa yang Islami, merasakan dengan sungguh rasa takut kepada Tuhannya, maka disitulah tumbuh filosof yang lurus menghasilkan buah pikir yang lurus pula.
Dari sini sudah pahamkah anda bagian2 mana saja yang dirusak oleh orientalis dan pemikir barat pada diri dan timbangan seorang pelajar filsafat?
Sudah seharusnya pelajar filsafat berhati2 ketika belajar dengan orang didikan barat dan ketika membaca buku2 pemikir barat.
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih atas masukan dan pendapat anda, semoga bermanfaat...