Meluruskan Hikmah Kudeta Mesir
Demokrasi modren, kemunculannya dijadikan solusi atas problem dan penindasan akibat sistem monarki yang berlaku di Eropa. Raja atau kaisar dianggap sebagai wakil tuhan. Semua jenis kekuasaan ada di tangannya baik kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif maupun kekuasaan yudikatif. Jadi kekuasaan raja atau kaisar bersifat absolut. Dia berada di atas hukum dan tidak ada yang bisa mengontrol atau mengoreksinya. Kekuasaan absolut itu akhirnya menjadi korup dan menindas.
Untuk itu lah di kampanye demokrasi digalakkan di seluruh dunia. Kampanye ini dipimpin oleh Amerika dengan menyerang negara-negara yang menurut mereka anti demokrasi. Sistem Islam dikaji dan dikaburkan. Kemudian dianggap membawa kemunduran ke zaman teokrasi (otoritas agama). Untuk itu lah saat ini umat Islam memainkan demokrasi untuk mencapai tujuannya membangun negara yang berdasarkan Islam. Karena demokrasi lah yang paling dekat dengan kenyataan untuk diwujudkan.
Namun demokrasi selalu mempunyai sisi gelap. Kekuatan politik yang berdasarkan Islam selalu dicurangi. Contohnya Partai Refah di Turki dan FIZ di Aljazair. Meski menang telak, keduanya kemudian diberangus oleh pemerintah, bahkan kemudian dianggap sebagai partai terlarang dengan alasan membahayakan sistem sekuler. Kemudian partai Hamas di palestina. Partai yang menggelorakan perjuangan kemerdekaan umat Islam ini menang telak atas lawan politiknya partai Fatah. tapi karena dianggap berbahaya terhadap kepentingan Israel Hamas digugurkan. Bahkan Israel tidak berniat membiarkan pemilu ulang di Palestina sampai saat ini, karena dipastikan Hamas lah yang akan menang. Kemudian di Mesir, MPR dibubarkan, undang-undang yang telah direferndum dihapuskan, dan presiden terpilih dikudeta. Semua tak lain tak bukan karena dimenangkan oleh partai yg mengusung azas Islam.
Terkhusus dalam menanggapi kudeta Mesir, terdapat banyak kesalahpahaman diantara para pemikir Islam. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya fiqh al Waqi' (pemahaman situasi dan kondisi terkini) yang sangat ditekankan dalam mengambil keputusan hukum. Berikut penulis uraikan sebatas pemahaman penulis pribadi.
Pertama, pertentangan logika demokrasi dan logika syari'at. Dengan mempertentangkan logika demokrasi dengan logika syariat mereka mencap bahwa perjuangan umat Islam di Mesir untuk mencapai kemerdekaannya bertentangan dengan Islam itu sendiri. Karena dalam logika demokrasi kekuasaan itu dari rakyat sedangkan dalam logika syariat kekuasaan itu dari Tuhan. Konklusinya Presiden Mursi bukan dikudeta tapi kekuasaannya dicabut oleh Allah SWT. Siapa yg menentang ketetapan ini menentang ketetapan Allah SWT.
Menurut penulis ini logika yang keliru. Karena tidak satu pun yang terjadi diatas bumi ini kecuali atas takdir Allah SWT. Tapi Allah SWT memberi tugas kepada manusia untuk memperjuangkan nasibnya. Allah berfirman; Innallaha la yughayyiru ma bi qaumin hatta yughayyiruu ma bi anfusihim. Allah tidak merubah nasib suatu kaum hingga mereka merubah nasib mereka sendiri. Maka menolak perjuangan yang dilakukan Ikhwan Muslimin atas dasar ini sungguh analisa yang dangkal. Mereka tidak memperjuangkan demokrasi tapi memperjuangkan kemerdekaan mereka, tapi karena demokrasi adalah aturan main yang disepakati seyogyanya setiap pihak konsisten terhadap hal ini.
Kemenangan yang diperoleh dalam proses demokrasi yang jujur adalah hak mereka. Apakah memperjuangkan hak diartikan haus kekuasaan? Allah menyuruh umatnya untuk memperjuangkan hak mereka sendiri. Bahkan Allah SWT menyiapkan prediket syahid bagi yang wafat dalam memperjuangkan hartanya dari perampokan. Lalu bagaimana pendapatmu terhadap orang yg memperjuangkan kebebasan, hak mengeluarkan suara dan berpendapat, dan keadilan di depan hukum dan bernegara?
Umat Islam yang sanggup bertahan di tempat demonstrasi dan bahkan mengorbankan nyawanya tentu memiliki alasan yang kuat. Tidak mungkin seseorang mau mengorbankan nyawa hanya untuk urusan yang sepele. Mereka sudah tau bahwa kalau mereka mundur kekuatan Islam akan dibabat sehabis-habisnya. Tidak hanya tidak boleh ikut pemilu atau pembubaran organisasi mereka akan menghadapi penangkapan, penindasan, dan pembunuhan sewenang-wenang. Hal yang telah dijanjikan oleh para pemangku kudeta dengan mencap mereka sebagai teroris. Bahkan sekarang hal ini sudah mulai tampak. Mereka juga telah belajar dari sejarah ketika demonstrasi pada masa Gamal Abdul Nasser, para pemimpin dan ulama ditangkap dan dibunuh.
Kedua, politisasi Ukhwah Islamiyah. Mereka menuduh Ikhwan Muslimin memanfaatkan solidaritas umat Islam untuk kepentingan mereka. Padahal kalau dipikirkan masak-masak tidak ada yang didapatkan oleh Ikhwan Muslimin kecuali hanya doa dan dukungan.
Setiap negara memiliki masalah masing-masing. Ada masalah politik murni dan ada pula masalah keagamaan murni. Untuk mengetahui hakikat konflik Mesir terlebih dahulu dipahami latar belakang konflik tersebut. Bahkan Dr. Muhammad Imarah sendiri yang mengatakan bahwa konflik Mesir bukan lah sengketa politik semata. Ini kasus dan bukan konsep.
"Berikut keterangan yang disampaikan langsung oleh Dr. Muhammad Imarah:
http://www.islamion.com/post.php?post=8467
1. Bahwa sesungguhnya yang terjadi pada 3 juli 2013 kemarin adalah kudeta militer terhadap transformasi demokrasi yang pintunya telah dibuka oleh revolusi januari 2011 yang lalu. Transformasi demokrasi ini pembentukannya telah selesai dalam konstitusi baru yang merincikan aturan-aturan perpindahan kekuasaan yang damai melalui kotak-kotak suara, yang mana hal ini juga dilaksanakan di seluruh negara yang menganut sistem demokrasi.
2. Bahwasanya kudeta militer ini telah membuat Mesir mundur 60 tahun ke belakang yang pernah dipimpin oleh pemerintahan polisi yang diktator. Kediktatoran itu digunakan untuk menyingkirkan semua lawan politik, hingga sampai pada titik dimana seluruh masyarakat Mesir terisolasi hak politiknya, didustai dan dikhianati seluruh aspirasinya.
3. Bahwasanya kebijakan yang telah membukakan pintu untuk kudeta ini tidak hanya akan merusak upaya transformasi demokrasi rakyat, akan tetapi juga akan merusak martabat angkatan bersenjata, sehingga membuat militer sibuk mengurus hal yang bukan urusan utamanya (menjaga kedaulatan dan batas-batas negara).
Cukuplah apa yang telah menimpa kita sepanjang pemerintahan polisi yang diktator sebelum ini menjadi ibrah bagi yang mau berpikir.
4. Kekhawatiran terhadap kudeta ini semakin bertambah, ketika ada sebagian pihak yang menginginkan kudeta terhadap identitas keislaman Mesir, yang sejatinya identitas tersebut telah kuat dan mengakar sepanjang sejarah. Kudeta ini juga akan membuka pintu fitnah thaifiyah (kelompok) yang telah jauh-jauh hari kita himbau dan peringatkan akan keburukan dan bahayanya
5. Bahwasanya dustur (undang-undang) yang telah disetujui oleh rakyat Mesir lewat referendum telah menjadi kontrak sosial, politik, hukum dan syar’i dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsekuensi dari kesepakatan ini adalah: seorang presiden yang terpilih secara demokratis memiliki pengakuan secara hukum, konstitusi dan syar’i di pundak rakyat dengan periode selama 4 tahun. Adapun rakyat secara hukum dan konstitusi ada dalam kontrak kesepakatan mereka.
Oleh sebab itu pelengseran presiden terpilih dengan jalan kudeta militer adalah batil secara syar’i dan undang-undang. Dan semua yang dihasilkan dari kebatilan adalah batil juga hukumnya."
Ketiga, isu apakah hanya Ikhwan Muslimin yang memperjuangkan syariah Islam? Yang jarang mereka perhatikan bahwa Ikhwan Muslimin atau pendukung-pendukungnya tidak pernah menggunakan kalimat 'hanya'. Dan tidak seorang pun yang berkeyakinan seperti itu. Stigma seperti ini hanya ada dalam pikiran mereka kemudian mereka paksakan kepada orang lain agar juga menganutnya.
Ada beberapa pemahaman yang agaknya melenceng menurut penulis. Perlu kita pahami Al-Azhar adalah sebuah institusi pendidikan yang tidak mungkin campur tangan dalam urusan pemerintahan. Benar Al-Azhar memiliki lembaga fatwa, tapi apakah lembaga fatwa memiliki kekuatan untuk menerapkan hukum? Lembaga fatwa hanya mengeluarkan hukum, sedangkan yang bisa memaksakan pelaksanaan hukum adalah pemerintah. Bisakah lembaga fatwa mencegah praktek riba, pornografi dan berbagai kemaksiatan yang melanggar syariat Islam? Tidak, karena Al-Azhar juga tidak mempunyai polisi.
Pemahaman yang kurang teliti juga berkaitan dengan Salafi. Mereka mengira bahwa Salafi dan Hizb al-Nur itu sama. Padahal Salafi dan Hizb al-Nur adalah 'umum wal khusus mutlaq'. Hizb al-Nur hanya sebagian dari Salafi yang termasuk lima unsur pendukung kudeta. Hal ini karena Hizb al-Nur berafiliasi kepada Saudi Arabia yang secara konstan mendukung kudeta dan bersahabat dekat dengan Mubarak. Saudi takut suatu saat musim semi arab akan menyebar ke wilayahnya. Betapa banyak Syekh Salafi yang mendukung Ikhwan, bahkan Syekh-syekh besar Salafi Mesir seperti Syekh Muhammad Hassan, Syekh Muhammad Husein dan Syekh Huweini mendukung penuh perjuangan Ikhwan dan hadir bersama mereka di Meidan Rab'ah.
Keempat, isu apakah hanya Ikhwan yang memperjuang kan Palestina? Lagi-lagi stigma yang sama yang hanya dipahami oleh mereka yang anti Ikhwan Muslimin. Tidak dipungkiri bahwa sebagian besar rakyat Mesir adalah anti Israel. Sebagai rakyat apa yang mampu mereka lakukan? Rakyat membutuhkan pemerintah yang mendukung perjuangan mereka. Kalau suara rakyat lain dan suara pemerintah lain maka tak akan ada hasil yang dicapai. Konsistensi Ikhwan mendukung Hamas sejak dulu adalah bukti bahwa Ikhwan satu suara dengan rakyat dalam mendukung pembebasan Palestina. Sejak Mursi menjadi presiden, perbatasan Rafah dibuka selebar-lebarnya sehingga bantuan logistik bisa masuk dengan bebas. Maka terowongan-terowongan dihancurkan karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Namun ketika Mursi lengser perbatasan Rafah ditutup rapat dan terowongan yang tersisa dihancurkan sehingga menimbulkan krisis parah di Palestina.
Meneruskan perjanjian Camp David bukan berarti dukungan kepada Israel. Tapi hal ini hanya menjaga hubungan Internasional dengan negara-negara lainnya. Melihat kondisi sekarang, kalau Mursi kembali menjabat penulis yakin perjanjian Camp David pasti dihapuskan.
Ismail Haniya datang menyambut kemenangan revolusi apakah karena Al Azhar? Tidak, kalau iya pasti dari dulu dia lakukan kunjungan ke Al-Azhar. Tapi beliau datang karena beliau yakin bahwa kebangkitan Islam itu akan dimulai dari Mesir.
Kelima, pelabelan sekuler liberal kepada yang mendukung kudeta. Hal ini memang kesalahan masyarakat awam karena melihat aktor-aktor dibalik kudeta adalah orang-orang liberal. Hal yang sama juga kepada tuduhan bahwa semua yang mendukung Ikhwan Muslimin adalah anggota IM. Padahal tidak semua pendukung Ikhwan Muslimin itu IM. Mereka menafikan banyaknya jumlah rakyat Mesir yang mendukung Ikhwan. Mereka persempit bahwa ini adalah konflik antara rakyat Mesir dengan IM sehingga bisa memaksakan semua tuduhan-tuduhan mereka.
Orang-orang liberal dan sekuler Mesir tidak berbahaya. Ini sungguh analisa yang dangkal. Apakah mereka tidak tahu kebanyakan orang liberal di Indonesia itu belajar dari Mesir. Bahkan dekonstruksi di Mesir lebih parah dan gencar. Persoalan-persoalan yang ditimbulkan lebih beragam dan komplek. Sebagian kecilnya bisa dibaca di muqarar-muqarar (diktat) Azhar bagaimana syubhat mereka terhadap ajaran Islam. Untunglah masih ada Azhar membentengi semua itu. Yang perlu diingat penganut paham liberal di Mesir cukup banyak. Itu berarti Al-Azhar belum mampu membebaskan Mesir dari pengaruh liberal.
Orang liberal dan sekuler Mesir tidak menginginkan Mesir menjadi seperti Turki tapi seperti Barat. Karena telah tertanam dalam otak mereka bahwa Mesir tidak akan maju kecuali gaya hidup dan cara berpikir mereka seperti Barat. Hal yang selalu diteriakkan Thaha Husein sesepuh kaum liberal Mesir.
Keenam, rakyat Mesir adalah orang pertama yang merasakan sakitnya dikhianati. Apalagi oleh ulama yang mendukung kudeta, karena mereka sesungguhnya mengharapkan dukungan dari para ulama tersebut. Namun bagi mahasiswa Indonesia sehendaknya mampu mengendalikan diri dengan tetap menghormati ulama. Karena ulama bila berijtihad dengan ilmunya dan tidak dengan nafsunya maka baginya satu pahala.
Lalu bagaimana sikap kita seharusnya?
Sebagai warga asing di negara orang tentu yang bisa kita lakukan adalah mendo'akan mereka dan mendukung perjuangan mereka. Salah satu bentuk dukungan itu adalah menyampaikan berita-berita yang sebenarnya tentang ahwal yang terjadi di Mesir dan membantah fitnah-fitnah dan berita-berita palsu yang dilekatkan kepada mereka.. Allahu yubarik fii kum...
Semoga bermanfaat..
Untuk itu lah di kampanye demokrasi digalakkan di seluruh dunia. Kampanye ini dipimpin oleh Amerika dengan menyerang negara-negara yang menurut mereka anti demokrasi. Sistem Islam dikaji dan dikaburkan. Kemudian dianggap membawa kemunduran ke zaman teokrasi (otoritas agama). Untuk itu lah saat ini umat Islam memainkan demokrasi untuk mencapai tujuannya membangun negara yang berdasarkan Islam. Karena demokrasi lah yang paling dekat dengan kenyataan untuk diwujudkan.
Namun demokrasi selalu mempunyai sisi gelap. Kekuatan politik yang berdasarkan Islam selalu dicurangi. Contohnya Partai Refah di Turki dan FIZ di Aljazair. Meski menang telak, keduanya kemudian diberangus oleh pemerintah, bahkan kemudian dianggap sebagai partai terlarang dengan alasan membahayakan sistem sekuler. Kemudian partai Hamas di palestina. Partai yang menggelorakan perjuangan kemerdekaan umat Islam ini menang telak atas lawan politiknya partai Fatah. tapi karena dianggap berbahaya terhadap kepentingan Israel Hamas digugurkan. Bahkan Israel tidak berniat membiarkan pemilu ulang di Palestina sampai saat ini, karena dipastikan Hamas lah yang akan menang. Kemudian di Mesir, MPR dibubarkan, undang-undang yang telah direferndum dihapuskan, dan presiden terpilih dikudeta. Semua tak lain tak bukan karena dimenangkan oleh partai yg mengusung azas Islam.
Terkhusus dalam menanggapi kudeta Mesir, terdapat banyak kesalahpahaman diantara para pemikir Islam. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya fiqh al Waqi' (pemahaman situasi dan kondisi terkini) yang sangat ditekankan dalam mengambil keputusan hukum. Berikut penulis uraikan sebatas pemahaman penulis pribadi.
Pertama, pertentangan logika demokrasi dan logika syari'at. Dengan mempertentangkan logika demokrasi dengan logika syariat mereka mencap bahwa perjuangan umat Islam di Mesir untuk mencapai kemerdekaannya bertentangan dengan Islam itu sendiri. Karena dalam logika demokrasi kekuasaan itu dari rakyat sedangkan dalam logika syariat kekuasaan itu dari Tuhan. Konklusinya Presiden Mursi bukan dikudeta tapi kekuasaannya dicabut oleh Allah SWT. Siapa yg menentang ketetapan ini menentang ketetapan Allah SWT.
Menurut penulis ini logika yang keliru. Karena tidak satu pun yang terjadi diatas bumi ini kecuali atas takdir Allah SWT. Tapi Allah SWT memberi tugas kepada manusia untuk memperjuangkan nasibnya. Allah berfirman; Innallaha la yughayyiru ma bi qaumin hatta yughayyiruu ma bi anfusihim. Allah tidak merubah nasib suatu kaum hingga mereka merubah nasib mereka sendiri. Maka menolak perjuangan yang dilakukan Ikhwan Muslimin atas dasar ini sungguh analisa yang dangkal. Mereka tidak memperjuangkan demokrasi tapi memperjuangkan kemerdekaan mereka, tapi karena demokrasi adalah aturan main yang disepakati seyogyanya setiap pihak konsisten terhadap hal ini.
Kemenangan yang diperoleh dalam proses demokrasi yang jujur adalah hak mereka. Apakah memperjuangkan hak diartikan haus kekuasaan? Allah menyuruh umatnya untuk memperjuangkan hak mereka sendiri. Bahkan Allah SWT menyiapkan prediket syahid bagi yang wafat dalam memperjuangkan hartanya dari perampokan. Lalu bagaimana pendapatmu terhadap orang yg memperjuangkan kebebasan, hak mengeluarkan suara dan berpendapat, dan keadilan di depan hukum dan bernegara?
Umat Islam yang sanggup bertahan di tempat demonstrasi dan bahkan mengorbankan nyawanya tentu memiliki alasan yang kuat. Tidak mungkin seseorang mau mengorbankan nyawa hanya untuk urusan yang sepele. Mereka sudah tau bahwa kalau mereka mundur kekuatan Islam akan dibabat sehabis-habisnya. Tidak hanya tidak boleh ikut pemilu atau pembubaran organisasi mereka akan menghadapi penangkapan, penindasan, dan pembunuhan sewenang-wenang. Hal yang telah dijanjikan oleh para pemangku kudeta dengan mencap mereka sebagai teroris. Bahkan sekarang hal ini sudah mulai tampak. Mereka juga telah belajar dari sejarah ketika demonstrasi pada masa Gamal Abdul Nasser, para pemimpin dan ulama ditangkap dan dibunuh.
Kedua, politisasi Ukhwah Islamiyah. Mereka menuduh Ikhwan Muslimin memanfaatkan solidaritas umat Islam untuk kepentingan mereka. Padahal kalau dipikirkan masak-masak tidak ada yang didapatkan oleh Ikhwan Muslimin kecuali hanya doa dan dukungan.
Setiap negara memiliki masalah masing-masing. Ada masalah politik murni dan ada pula masalah keagamaan murni. Untuk mengetahui hakikat konflik Mesir terlebih dahulu dipahami latar belakang konflik tersebut. Bahkan Dr. Muhammad Imarah sendiri yang mengatakan bahwa konflik Mesir bukan lah sengketa politik semata. Ini kasus dan bukan konsep.
"Berikut keterangan yang disampaikan langsung oleh Dr. Muhammad Imarah:
http://www.islamion.com/post.php?post=8467
1. Bahwa sesungguhnya yang terjadi pada 3 juli 2013 kemarin adalah kudeta militer terhadap transformasi demokrasi yang pintunya telah dibuka oleh revolusi januari 2011 yang lalu. Transformasi demokrasi ini pembentukannya telah selesai dalam konstitusi baru yang merincikan aturan-aturan perpindahan kekuasaan yang damai melalui kotak-kotak suara, yang mana hal ini juga dilaksanakan di seluruh negara yang menganut sistem demokrasi.
2. Bahwasanya kudeta militer ini telah membuat Mesir mundur 60 tahun ke belakang yang pernah dipimpin oleh pemerintahan polisi yang diktator. Kediktatoran itu digunakan untuk menyingkirkan semua lawan politik, hingga sampai pada titik dimana seluruh masyarakat Mesir terisolasi hak politiknya, didustai dan dikhianati seluruh aspirasinya.
3. Bahwasanya kebijakan yang telah membukakan pintu untuk kudeta ini tidak hanya akan merusak upaya transformasi demokrasi rakyat, akan tetapi juga akan merusak martabat angkatan bersenjata, sehingga membuat militer sibuk mengurus hal yang bukan urusan utamanya (menjaga kedaulatan dan batas-batas negara).
Cukuplah apa yang telah menimpa kita sepanjang pemerintahan polisi yang diktator sebelum ini menjadi ibrah bagi yang mau berpikir.
4. Kekhawatiran terhadap kudeta ini semakin bertambah, ketika ada sebagian pihak yang menginginkan kudeta terhadap identitas keislaman Mesir, yang sejatinya identitas tersebut telah kuat dan mengakar sepanjang sejarah. Kudeta ini juga akan membuka pintu fitnah thaifiyah (kelompok) yang telah jauh-jauh hari kita himbau dan peringatkan akan keburukan dan bahayanya
5. Bahwasanya dustur (undang-undang) yang telah disetujui oleh rakyat Mesir lewat referendum telah menjadi kontrak sosial, politik, hukum dan syar’i dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsekuensi dari kesepakatan ini adalah: seorang presiden yang terpilih secara demokratis memiliki pengakuan secara hukum, konstitusi dan syar’i di pundak rakyat dengan periode selama 4 tahun. Adapun rakyat secara hukum dan konstitusi ada dalam kontrak kesepakatan mereka.
Oleh sebab itu pelengseran presiden terpilih dengan jalan kudeta militer adalah batil secara syar’i dan undang-undang. Dan semua yang dihasilkan dari kebatilan adalah batil juga hukumnya."
Ketiga, isu apakah hanya Ikhwan Muslimin yang memperjuangkan syariah Islam? Yang jarang mereka perhatikan bahwa Ikhwan Muslimin atau pendukung-pendukungnya tidak pernah menggunakan kalimat 'hanya'. Dan tidak seorang pun yang berkeyakinan seperti itu. Stigma seperti ini hanya ada dalam pikiran mereka kemudian mereka paksakan kepada orang lain agar juga menganutnya.
Ada beberapa pemahaman yang agaknya melenceng menurut penulis. Perlu kita pahami Al-Azhar adalah sebuah institusi pendidikan yang tidak mungkin campur tangan dalam urusan pemerintahan. Benar Al-Azhar memiliki lembaga fatwa, tapi apakah lembaga fatwa memiliki kekuatan untuk menerapkan hukum? Lembaga fatwa hanya mengeluarkan hukum, sedangkan yang bisa memaksakan pelaksanaan hukum adalah pemerintah. Bisakah lembaga fatwa mencegah praktek riba, pornografi dan berbagai kemaksiatan yang melanggar syariat Islam? Tidak, karena Al-Azhar juga tidak mempunyai polisi.
Pemahaman yang kurang teliti juga berkaitan dengan Salafi. Mereka mengira bahwa Salafi dan Hizb al-Nur itu sama. Padahal Salafi dan Hizb al-Nur adalah 'umum wal khusus mutlaq'. Hizb al-Nur hanya sebagian dari Salafi yang termasuk lima unsur pendukung kudeta. Hal ini karena Hizb al-Nur berafiliasi kepada Saudi Arabia yang secara konstan mendukung kudeta dan bersahabat dekat dengan Mubarak. Saudi takut suatu saat musim semi arab akan menyebar ke wilayahnya. Betapa banyak Syekh Salafi yang mendukung Ikhwan, bahkan Syekh-syekh besar Salafi Mesir seperti Syekh Muhammad Hassan, Syekh Muhammad Husein dan Syekh Huweini mendukung penuh perjuangan Ikhwan dan hadir bersama mereka di Meidan Rab'ah.
Keempat, isu apakah hanya Ikhwan yang memperjuang kan Palestina? Lagi-lagi stigma yang sama yang hanya dipahami oleh mereka yang anti Ikhwan Muslimin. Tidak dipungkiri bahwa sebagian besar rakyat Mesir adalah anti Israel. Sebagai rakyat apa yang mampu mereka lakukan? Rakyat membutuhkan pemerintah yang mendukung perjuangan mereka. Kalau suara rakyat lain dan suara pemerintah lain maka tak akan ada hasil yang dicapai. Konsistensi Ikhwan mendukung Hamas sejak dulu adalah bukti bahwa Ikhwan satu suara dengan rakyat dalam mendukung pembebasan Palestina. Sejak Mursi menjadi presiden, perbatasan Rafah dibuka selebar-lebarnya sehingga bantuan logistik bisa masuk dengan bebas. Maka terowongan-terowongan dihancurkan karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Namun ketika Mursi lengser perbatasan Rafah ditutup rapat dan terowongan yang tersisa dihancurkan sehingga menimbulkan krisis parah di Palestina.
Meneruskan perjanjian Camp David bukan berarti dukungan kepada Israel. Tapi hal ini hanya menjaga hubungan Internasional dengan negara-negara lainnya. Melihat kondisi sekarang, kalau Mursi kembali menjabat penulis yakin perjanjian Camp David pasti dihapuskan.
Ismail Haniya datang menyambut kemenangan revolusi apakah karena Al Azhar? Tidak, kalau iya pasti dari dulu dia lakukan kunjungan ke Al-Azhar. Tapi beliau datang karena beliau yakin bahwa kebangkitan Islam itu akan dimulai dari Mesir.
Kelima, pelabelan sekuler liberal kepada yang mendukung kudeta. Hal ini memang kesalahan masyarakat awam karena melihat aktor-aktor dibalik kudeta adalah orang-orang liberal. Hal yang sama juga kepada tuduhan bahwa semua yang mendukung Ikhwan Muslimin adalah anggota IM. Padahal tidak semua pendukung Ikhwan Muslimin itu IM. Mereka menafikan banyaknya jumlah rakyat Mesir yang mendukung Ikhwan. Mereka persempit bahwa ini adalah konflik antara rakyat Mesir dengan IM sehingga bisa memaksakan semua tuduhan-tuduhan mereka.
Orang-orang liberal dan sekuler Mesir tidak berbahaya. Ini sungguh analisa yang dangkal. Apakah mereka tidak tahu kebanyakan orang liberal di Indonesia itu belajar dari Mesir. Bahkan dekonstruksi di Mesir lebih parah dan gencar. Persoalan-persoalan yang ditimbulkan lebih beragam dan komplek. Sebagian kecilnya bisa dibaca di muqarar-muqarar (diktat) Azhar bagaimana syubhat mereka terhadap ajaran Islam. Untunglah masih ada Azhar membentengi semua itu. Yang perlu diingat penganut paham liberal di Mesir cukup banyak. Itu berarti Al-Azhar belum mampu membebaskan Mesir dari pengaruh liberal.
Orang liberal dan sekuler Mesir tidak menginginkan Mesir menjadi seperti Turki tapi seperti Barat. Karena telah tertanam dalam otak mereka bahwa Mesir tidak akan maju kecuali gaya hidup dan cara berpikir mereka seperti Barat. Hal yang selalu diteriakkan Thaha Husein sesepuh kaum liberal Mesir.
Keenam, rakyat Mesir adalah orang pertama yang merasakan sakitnya dikhianati. Apalagi oleh ulama yang mendukung kudeta, karena mereka sesungguhnya mengharapkan dukungan dari para ulama tersebut. Namun bagi mahasiswa Indonesia sehendaknya mampu mengendalikan diri dengan tetap menghormati ulama. Karena ulama bila berijtihad dengan ilmunya dan tidak dengan nafsunya maka baginya satu pahala.
Lalu bagaimana sikap kita seharusnya?
Sebagai warga asing di negara orang tentu yang bisa kita lakukan adalah mendo'akan mereka dan mendukung perjuangan mereka. Salah satu bentuk dukungan itu adalah menyampaikan berita-berita yang sebenarnya tentang ahwal yang terjadi di Mesir dan membantah fitnah-fitnah dan berita-berita palsu yang dilekatkan kepada mereka.. Allahu yubarik fii kum...
Semoga bermanfaat..
tes ngomen, bisa ga ya...
BalasHapustes pulo lah ciek :)
BalasHapus