Pemerintahan Islam Bani Umayyah II

A. Pendahuluan
Islam pernah menguasai dua pertiga dunia dan mememerintah dunia selama kurang lebih 1300 tahun lamanya. Banyak kemajuan- kemajuan yang telah dicapai dari masa Rasulullah sampai kehalifahan terakhir di Turki. Salah satu tonggak kemajuan itu terjadi di daerah yang disebut Andalusia atau yang lebih kita kenal saat ini dengan nama Spayol. Dari Andalusia inilah Islam memberikan pencerahannya bagi dunia khususnya bagi benua Eropa, yang di mana pada masa itu sedang mengalami kemunduran dan keterpurukan di segala bidang yang disebut The Drak Age. Berbeda dengan Islam yang pada masa itu mengalami masa keemasannya maka, jadilah Andalusia pusat peradaban dunia pada masa itu. Dan sisa-sisa dari peradaban itu masih ada dan dapat kita saksikan sampai saat ini berupa istana-istana megah dan masjid-masjid dan peninggalan-peninggalan lainnya.
Pada masa itu banyak orang-orang eropa yang belajar ke Andalusia. Mereka mengkaji berbagai macam ilmu yang dikembangkan para ilmuan-ilmuan muslim pada masa itu. Ilmuan muslim banyak mengenalkan rakyat Eropa berbagi penemuan baru seperti penggunaan sabun, bahan peledak, ilmu pengobatan dan lainnya. Di mana pada masa itu rakyat Eropa masih belum mengenal hal itu. Pada masa itu orang yang menderita sakit bukannya diberi obat tapi dibawa ke Gereja dan dinyanyikan dengan lagu-lagu gereja yang tak mungkin mampu menyembuhkan penyakitnya lalu, orang yang hilang ingatan dianggap sebagi anak setan, banyak dari mereka yang dibunuh bukannya direhabilitasai. Barulah ketika Islam muncul mereka mengenal sistem pengobatan yang benar.
Di balik kemajuan yang luar biasa ini tak lepas dari pengaruh pemimpin pada masa itu. Kemajuan yang diraih Andalusia yaitu pada saat di perintah oleh pemimpin-pemimpin islam. Tanpa adanya pemimpin yang kuat tentu keadaan negara akan sulit untuk distabilkan. Pada masa itu Islam melahirkan pemimpin-pemimpin yang luar biasa yang mampu memerintah dunia, dan akhirnya mampu menciptakan suatu peradaban luar biasa yang mencerakan dunia yang pada saat itu dalam masa yang benar-benar terpuruk. Hal inilah yang akan kami bahas pada tulisan kami ini khususnya pemerintahan Bani Umayyah Dua. Hal ini sangat penting untuk kita ketahui bersama agar terciptanya rasa kebanggaan terhadap Islam dan mengetahui bahwa Islam pernah menguasai dunia dan menjadi pemimpin dunia. dengan begitu, setelah mengetahui hal ini kita berusaha untuk mengembalikan islam pada masa kejayaannya seprti dahulu kala, yang dimana pada masa kita saat ini negara-negra islam berada dalam kepurukan yang nyata.
B. Pembahasan
1. Masuknya Islam ke Andalusia
Islam mulai memasuk ke Eropa pada masa pemerintahan Khalifah Al Walid (705-715). Salah seorang dari kahalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum menguasai Eropa islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu dari profinsi dari dinasti Bani Umayyah. Pada masa itu khalifah Abdul Malik mengangkat Nu’man Al-Ghassani sebagai gubenur di daerah ini. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nusair. Pada masa pemerintahan Musa bin Nusair inilah terjadi perluasan kekuasaan ke daerah-daerah Afrika lainnya seperti Al Jazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukannya ke daerah- daerah bekas kekuasaan bangasa Barbar di pegunungan-pegungungan sehingga, mereka mengucapkan janji setia pada pemerintahan Islam dan berjanji tak akan membuat kekacauan dalam pemerintahan seperti apa yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Penaklukan Afrika Utara berlangsung sangat lama yaitu selama 53 tahun, dimulai sejak zaman pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan 30 H sampai masa pemerintahan Al Walid yaitu tahun 83 H. Sebelum dibebaskan dan dikuasai daerah ini menjadi kantung-kantung basis kekuatan Romawi, yaitu kerajaan Ghotik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk untuk mengacau dan menentang pemerintahan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul di kuasai barulah terjadi perluasan wilayah ke daerah Spayol, bisa dikatakan bahwa penguasaan atas Afrika Utara ini menjadi batu loncatan untuk melakukan pembebasan Andalusia.
Ada tiga pahlawan besar yag berjasa dalam pembebasan Andalusia. Mereka adalah Tharif bin Malik, Tariq bin Ziad, dan Musa bin Nusair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyidik. Ia menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa ia mengirimkan satu pasukan perang, 500 di antaranya adalah pasukan berkuda mereka menggunakan empat kapal yang disediakan oleh Julian salah seorang keluarga kerajaan yang kecewa dengan penguasa Andalusia pada saat itu. Dalam penaklukan ini ia dan pasukannya tak mendapatkan perlawanan yang berarti. Ia kembali ke Afrika Utara membawa kemenangan dam membawa hasil rampasan perang yang tak sedikit. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spayol pada masa itu, Musa bin musair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spayol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq lebih di kenal sebagi penakluk Spayol, karena jumlah pasukan yang ia bawa lebih banyak dan hasilnya lebih nyata. Pasukan yang ia bawa sebagian besar berasal dari suku Barbar yang didukung Musa ibn Nusair dan sebagian lagi darai bangsa arab yang dikirim oleh Khalifah Al Walid. Kemudian ia dan pasukannya menyebrangi selat dan berhasil mendarat di sebuah gunung yang disebut Giblartar(Jabal Thariq), di sinilah Thariq menyiaplkan pasukannya untuk melakukan pembebasan. Dengan dikuasainya daerah ini terbukalah pintu untuk melakaukan pembebasan Spayol. Dalam sebuah pertempuran di sebuah daerah yang disebut Bakkah, Raja Roderick raja kerajaan Goth saat itu mampu dikalahkan. Bermula dari pertempran ini lah Thariq terus melakukan pembebasan terhadap kota-kota penting, seprti Cordova, Granada dan Toledo( ibu kota kerajaan Goth saat itu). Sebelum menaklukkan kota Toledo ia meminta tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan yang ia bawa sebanyak 12000 personel. Jumlah ini tak sebanding dengan jumlah pasukan kerajaan Goth yang berjumlah 100.000 orang.
Kemenangan-demi kemenagan yang Thariq raih membuka jalan untuk melakukan pembebasan yang lebih luas lagi. Melihat situasi ini Musa ibn Nusair merasa perlu melibatkan diri dalam pembebasan ini untuk membantu perjuangan Thariq. Dengan sebuah pasukan yang besar ia menyebrangi selat itu dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ia kuasai.setelah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq ibn Ziyad di Toledo. Selanjutnya dua orang ini berhasil menguasai seluruh kota penting yang ada di Spayol, termasuk bagian utaranya, mulai dari saragosa sampai Navvare. Setelah itu gelombang perluasan terus terjadi, begitulah sejarah singgkat masuknya islam ke Ansalusia.

2. Pemerintahan Islam Bani Uamayyah II
Al Dakhil atau Abd Al Rahman Ibn Muawiyah berhasil meletakkan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah Bani Umayyah II di Andalusia. Selama 32 tahun masa Karena ketangguhannya itu, ia dijuluki Rajawali Quraisy serta memberi gelar tambahan dibelakang namanya dengan Al Nashir.
Pada masa Al Nashir inilah Bani Umayyah II mencapai puncak kejayaannya dan masih dipertahankan dibawah kepemimpinan Al Hakam II Al Mustansir. Ketika Al Mustansir wafat, maka putra mahkota yang baru berusia 10 tahun dinobatkan sebagai khalifah dengan gelar Al Mu’ayyad. Muhammad Ibn Abi Amir Al Qahtani diberikan kekuasaan untuk mengambil alih kekuasaan dan menamai dirinya sebagai Al Malik Al Mansur Billah.

3. Alasan Mudahnya Penyebaran Islam di Eropa
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak bagitu mudah karena hal itu tidak lepas dari adanya faktor pendukung baik internal maupun eksternal.
1) Faktor pendukung eksternal
Faktor pendukung eksternal maksudnya adalah faktor yang terdapat di negeri Spanyol itu sendiri.
a. Pada masa penaklukan Spanyol oleh kaum muslimin, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negara Spanyol dalam kondisi yang menyedihkan. Secara politik dan ekonomi, wilyah Spanyol terbagi-bagi dalam wilyah-wilayah kecil.
b. Penguasa Gothik yang bersikap tidak toleransi. Kondisi masyarakat terbagi menjadi beberapa sistem kelas, sehingga keberadaannya selalu diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan dan tidak adanya persamaan hak (Syed Mahmudunnasir, 1981: 214). Perpecahan Spanyol ini banyak membantu dalam keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M.
2) Fakto pendukung internal
Sedangkan faktor pendukung internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa serta prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol. Fakto penting tersebut adalah:
a. sikap toleransi
b. persaudaraan
c. tolong menolong
Tiga sikap inilah yang menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam disana.
4. Perkembangan Islam Di Spanyol
Sejak menginjakkan kakinya di Spanyol hingga keruntuhannya, Islam memerankan peranan yang sangat penting dalam mewarnai kemajuan peradaban Spanyol. Sejarah panjang yang dilalui selama setengah abad yang dilalui umat Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam periode, yaitu:
Periode pertama (711-755)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode pertama ini stabilitas ekonomi Spanyol belum dalam taraf yang baik dan berbagai gangguan musuh banyak terjadi baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan yang datang dari dalam berupa perselisihan yang terjadi dikalangan elit politik terutama akibat perbedaan etnis maupun golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pendangan antara khalifah di Damaskus dengan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun yang datang dari luar yaitu berupa serangan yang datangnya dari sisa-sisa musuh yang tinggal di Spanyol (David Wassentein, 1985: 15-16).
Periode kedua (755-912)
Pada periode ini berada dibawah pemerintahan Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Aburrahman I yang bergelar Abdurrahman Al-Dakhil memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M. Abdurrahman Al-Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika bani Abbasiyah menaklukan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol. Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai mengalami kemajuan dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Al Dakhil kemudian mendirikan masjid Cordoba dan sekolah di kota-kota di Spanyol. Walaupun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan kerap terjadi. Pada abad ke-9, stabilitas keamanan negara terganggu dengan munculnya Kristen fanatik yang mencari ke-syahid-an (Martyrdom) (Jurji Zaidan, tt: 200). Gangguan politik yang paling serius pada periode ini justru datangnya dari umat Islam itu sendiri. Golongan pemberontak di Toledo membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di Malaga.
Periode ketiga (912-1031)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An Nasir sampai munculnya raja-raja kelompok. Pada periode ini pemerintahan Spanyol dipimpin oleh penguasa dengan gelar khalifah. Pada masa ini juga, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan yang menyaingi Daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An Nasir kemudian mendirikan universitas Cordoba yang memiliki perpustakaan dengan jumlah koleksi buku hingga ratusan ribu.
Periode keempat (1013-1086)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah belah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah menjadi tiga puluh negara kecil dibawah raja-raja golongan atau Al Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Cordova, Sevilla, atau Toledo. Umat Islam memasuki masa pertikaian internal. Ironisnya jika terjadi perang saudara, maka pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Walaupun begitu kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan (Bertold Spaller, 1960: 108).
Periode kelima (1086-1248)
Pada periode ini Spanyol walaupun masih terpecah belah, tetapi ada satu kekuatan yang dominan, yakni Dinasti Murabitun. Dinasti Murabitun pada mulanya adalah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyifin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuasaan Islam di Spanyol dikuasai oleh orang-orang Kristen. Pada tahun 1238 M, Cordova jatuh ketangan Nasrani dan Sevilla jatuh pada tahun 1248 M, sehingga hampir seluruh wilayah Spanyol lepas dari tangan penguasa Islam.
Periode keenam (1232-1492).
Pada masa ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada dibawah pimpinan Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban mencapai kemajuan seperti pada zaman Abdurrahman An Nasir, akan tetapi secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam terakhir ini pun berakhir karena perselisihan orang-orang istana berebut kekuasaan. Pangeran Abu Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan ayahnya yang mengangkat adiknya sebagai putra mahkota. Ia melakukan perlawanan dengan meminta bantuan pasukan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan ayahnya hingga akhirnya ayahnya pun terbunuh yang kemudian digantikan kekuasaannya oleh adiknya. Perlawanan terus dilakukan, dan pada akhirnya adiknya pun terbunuh. Kemudian ia pun naik tahta, namun segera diserang kembali oleh penguasa Kristen yang dulu pernah membantunya. Tidak lama setelah naik tahta, Abu Abdullah Muhammad pun digulingkan kekuasaannya oleh Ferdinand dan Isabella pada tahun 1492 M. Maka sejak saat itulah kekuasaan Islam mulai lenyap dari bumi Andalusia.
5. Kota Cordoba sebagai Pusat Kebudayaan Islam Eropa
Disini penulis ingin lebih memaparkan betapa majunya kebudayaan Islam Eropa saat itu. Maka sudah sepantasnya penulis memusatkan pembahasan kepada Kota Cordoba sebagai ibukota Daulah Bani Umayyah saat memerintah di Eropa.
Kota Cordoba, yang awalnya bernama Iberi Baht, dibangun pada masa pemerintahan Romawi yang berkuasa di Guadalquivir. Lima abad kemudian, kota ini berada dalam kekuasaan Bizantium di bawah komando Raja Goth Barat.
Sejarah Cordoba memasuki babak baru saat Islam datang ke wilayah itu pada 711 M atau 93 H. Ketika itu panglima Islam Tariq bin Ziad atas perintah gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I (705-715) dari Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan Spanyol dari Goth Barat, Kekaisaran Visigoth. Dengan dikuasainya Spanyol, 700 tentara kavaleri Islam yang dipimpin panglima perang Mugith Ar- Rumi, seorang bekas budak, dengan mudah menguasai Cordoba.
Penaklukan Cordoba dilakukan pada malam hari. Mugith Ar- Rumi dengan pasukan berkudanya berhasil mendobrak tembok Cordoba. Selain menguasai Cordoba, pasukan tentara Islam juga menaklukan wilayah-wilayah lain di Spanyol seperti, Toledo, Seville, Malaga serta Elvira.
Selama pemerintahan Umayyah berpusat di Damaskus, Toledolah yang dijadikan ibu kota Spanyol. Cordoba baru menjadi ibukota Spanyol ketika dinasti tersebut ditumbangkan oleh Dinasti Abbasiyah tahun 750 M.
Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I sebagai penerus Dinasti Ummayah pindah ke Spanyol, yang waktu itu Islam sudah eksis. Ia menjadikan kota Cordoba sebagai ibukota pemerintahan dinastinya di benua Eropa. Dalam membangun kota ini ia mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk bertandang dan mengembangkan ilmunya di Cordoba. Akhirnya kota ini menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seantero benua Eropa
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordoba mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordoba telah mencapai kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai sebelumnya.
Pembangunan pada masa ini tumbuh pesat. Bangunan-bangunan berarsitektur megah bermunculan. Ketika malam tiba, jalan-jalan di kota hingga keluar kota diterangi lampu hias yang cantik dan anggun. Kota Cordoba pun terbebas dari sampah. Taman-taman nan indah menjadi daya tarik bagi para pendatang yang singgah di kota itu. Mereka bersantai di taman yang dipenuhi bunga dan tata landskap.
Tak heran, bila pada era itu Cordoba mempu mensejajarkan diri dengan Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan Abbasiyah. Tak cuma itu, Cordoba juga setaraf dengan Konstantinopel, ibu kota kerajaan Bizantium serta Kaherah, ibukota kerajaan Fatimiah.
Saat Cordoba berada dalam puncak kejayaannya (abad ke 9 dan 10 M) terdapat lebih dari 200.000 rumah di dalam kotanya. Jumlah masjid sebanyak 600 buah, 900 public baths, 50 rumah sakit dan sejumlah pasar besar yang menjadi pusat perdagangan dan sentra perekonomian. Pada saat itu, Cordoba telah mampu menempatkan duta besarnya hingga ke negara yang amat jauh seperti India dan Cina.
Kota bersejarah yang bertengger di sepanjang tebing sungai Guadalquivir ini tidak ada tandingannya di Eropa dalam hal kemajuan peradabannya.
Jejak kejayaan Islam di Cordoba tidak hanya meninggalkan bangunan-bangunan megah, namun mewariskan peradaban dan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya.
Kota yang terletak di Provinsi Andalusia, sebelah Barat Spanyol ini juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri perpustakaan yang besar dengan jumlah volume kunjungannya mencapai 400.000 orang. Padahal pada waktu yang sama, perpustakaan-perpustakaan besar di Eropa, volume pengunjungnya jarang mencapai angka seribu.
Karena itu tidak salah jika Cordoba disebut sebagai The Greatest Centre Of Learning di Eropa, saat kota-kota lain di benua tersebut berada pada masa kegelapan. Cordoba bagai bunga yang menebar harum di Eropa pada abad pertengahan sebagaimana digambarkan Lane-Poole sebagai The Wonders Of The World.
Pada masa kekuasaan Abrurrahman III, berdiri Universitas Cordoba yang termasyhur dan menjadi kebanggaan umat Islam. Berbondong-bondong mahasiswa dari berbagai wilayah, termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa menimba ilmu.
Dari universitas inilah, Barat menyerap ilmu pengetahuan. Salah satu mahasiswa Kristen yang menuntut ilmu di Spanyol adalah Gerbert d’Aurillac (945-1003), yang kemudian menjadi Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol, dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan aritmatika dan geometri kepada para muridnya.
Geliat pendidikan di Cordoba makin bersinar pada era pemerintahan Al-Hakam Al-Muntasir sehingga dijuluki Khalifah yang alim. Sebanyak 27 sekolah swasta berdiri pada masa itu. Gedung perpustakaan mencapai 70 buah menambah semarak perkembangan ilmu pengetahuan. Jumlah pengunjungnya mencapai 400 ribu orang. Padahal, volume kunjungan perpustakaan besar di Eropa lainnya, kala itu, paling tinggi mencapai 1.000 orang. Saat itu, terdapat 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci Alquran dengan huruf Kufi yang indah. Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di 80 sekolah yang disediakan Khalifah. Pendidikan yang tinggi pun diimbangi dengan kesejahteraan masyarakatnya.
Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di Cordoba pada era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah ilmuwan dan ulama termasyhur. Cordoba merupakan pusat intelektual di Eropa dengan perguruan-perguruan yang amat terkenal dalam bidang kedokteran, matematika, filsafat, kesusateraan bahkan musik. Kontribusi para intelektual dan ulama yang lahir dari Cordoba sangat diakui dan memberi pengaruh bagi peradaban manusia. Di antara para ilmuwan yang muncul pada masa keemasan Islam di Cordoba antara lain Abul al Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusydi, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ibnu Rusydi atau Averrous. Ibnu Rusydi merupakan seorang ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke- 12 dan beberapa abad berikutnya. Ia adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
Demikian juga lahir seorang ulama yang mujtahid yaitu Ibnu Hazm yang menulis kitab Al-Muhalla. Ada juga seorang mufasir kenamaan yaitu Al-Qurtubi yang menulis kitab tafsir Al-Qurtubi. Kemudian pakar kesehatan moder, Az-Zahrawi, yang memperkenalkan teknik keperawatan dan menciptakan alat bean dan teknik terbaru bedah luar dan dalam. Ia menulis buku medis bergambar yang dijadikan referensi oleh pakar kedokteran Eropa. mengetahui ilmu bedah melalui buku-bukunya. Dan masih banyak lagi pakar ilmu pengetahuan yang muncul waktu itu.
Itulah kota Cordoba yang di masa kejayaannya banyak menginspirasi penulis barat yang banyak digambarkan oleh para ahli sejarah maupun politik sebagai cikal bakal pembawa kemajuan bagi Barat di masa sekarang.
C. Penutup
Pada masa kejayaannya di Spayol, Islam menjadi pusat peradaban dunia dan menjadi daerah percontohan bagi seluruh negara di dunia pada saat itu. Kemajuan-kemajuan yang sangat luarbiasa muncul dari tempat ini. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat dan menjadi tujuan untuk menuntut ilmu pada masa itu. Orang-ornag dari luar Andalusia berbondong-bondong mendatangi daerah ini untuk belajar. Mereka mengunjungi perpustakaan-perustakaan dan belajar di perguruan-perguruan tinggi yang ada di Andalusia. Ilmu Agama, kedokteran, kimia, fisika, tata kota, pertanian, dan ilmu-ilmu lainnya berkembang dengan pesat dan berhasil melahirkan ilmuan-ilmuan yang terkenang kehebatannya di setiap zaman.
Tapi kini masa itu telah berakhir ummat islam kembali kedalam keterpurukannya. Mereka lupa bahwa islam dahulu pernah menguasai dunia swlama 1300 tahun. Kini peradaban yang kita miliki jauh tertinggal dari peradaban yang dimiliki barat. Yang mana dahulu mereka belajar dan mengambil ilmu dari kita. Maka dengan membaca kembali sejarah ini, semoga mampu membangkitkan semangat untuk bangkit kembali damn mengembalikan kejayaan islam seperit pada zaman-zaman sebelumnya. Dan kita bangga dengan agama kita ini yang telah mampu membawa kedamain pada dunia, memberikan toleransi yang luar biasa bagi kalangan luar islam. Tidak seperti saat ini saat orang-orang kafir menguasai dunia yang tercipta hanya kekacaun, ummat islam ditindas dan tak mendapatkan haknya bahkan hanya sekedar menggunakan pakaian yang islami.
Maka tak ada jalan lain saat ini marilah kita pelajari sejarah kita dan mengambil pelajaran yang ada di dalamnya karena sejarah itu selalu berulang. Maka tak mustahil kita mewujudkan kembali kejayaan islam yang telah lama kita rindukan.
D. Daftar Pustaka
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
http://id.shvoong.com/tags/bani-umayah-di-andalusia/

Komentar

Komentar via Facebook

Paling Sering Dikunjungi

🧭 Pertarungan Penentu Abad Ini: Jika Iran atau Israel Kalah, Apa Nasib Palestina?

Apakah Perang Iran-Israel Nyata atau Pura-pura? Membedah Perang Proksi dan Perebutan Pengaruh di Timur Tengah

Konflik Timur Tengah: Melampaui Tabir Sektarianisme dan Membaca Geopolitik Sesungguhnya

Tulisan Baru