Problematika Umat Kontemporer

Benar sekali apa yang dikatakan oleh Hamid Fahmy Zarkasy bahwa umat Islam saat ini berusaha kembali dijebak kepada pertikaian antar kelompok yang ada di tengah umat. Segala macam hal berupa syubhat kembali diangkat dan terus dipanas2i, hingga kerukunan umat sesama muslim terus terusik. Hal2 kecil furu’ ibadah menjadi perdebatan panjang yang memanaskan telinga bila kita terus memantau media sosial. Dalam kajian fiqh misalnya dimulai dari hal2 kecil seperti hukum puasa Rajab, terus masalah jumlah rakaat tarawih, hingga meningkat terus kepada kajian mazhab fiqih dengan mempertentangkannya dengan ahli hadis. Tidak itu saja, kajian yang sebenarnya sudah selesai dan jumud, tidak memfaedahkan perkembangan dakwah, seperti perdebatan takwil, tafwid dan itsbat sifat-sifat Allah, kembali diangkat.

Menurut saya hal ini seiring dengan semakin meningkatnya perhatian masyarakat terhadap agama ini sebagai buah semakin derasnya suara para da’i2 Islam. Hal yang sangat patut kita apresiasi. Hal ini tentu saja meresahkan para pembenci dakwah dan orang-orang yang alergi kalau peradaban Islam itu kembali tegak. Karena Islam kalau sudah tegak sesuai dengan hakikatnya akan mengalahkan segala penghalang di jalannya. Firman Allah dalam surat at Taubah 33,

هوَ الَّذِÙŠ Ø£َرْسَÙ„َ رَسُولَÙ‡ُ بِالْÙ‡ُدَÙ‰ Ùˆَدِينِ الْØ­َÙ‚ِّ Ù„ِÙŠُظْÙ‡ِرَÙ‡ُ عَÙ„َÙ‰ الدِّينِ ÙƒُÙ„ِّÙ‡ِ ÙˆَÙ„َÙˆْ ÙƒَرِÙ‡َ الْÙ…ُØ´ْرِÙƒُونَ

“Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”

Di lain pihak terlihat sangat kontras bagaimana muncul suara2 seruan untuk toleransi kepada umat selain Islam. Memangnya kurang toleransi apa umat Islam selama ini? Toleransi kepada umat lain itu tidak perlu diajarkan kepada umat Islam. Ajaran itu sudah ada di dalam Islam sendiri dengan mengikut sunnah Rasul Saw sebelum dan sesudah adanya Negara Islam di Madinah.

Toleransi apa yang mereka maksud? Toleransi untuk mengatakan semua agama benar? Siapa saja yang mengatakan seperti itu maka terang sudah rusak imannya. Karena iman menghendaki implementasi dalam kenyataan. Kalau percaya agama Islam agama yang benar maka syariah Islam wajib ditegakkan. Kalau semua agama benar maka ajaran mana yang akan diturutkan? Satu melarang makan babi minum wiski, dan yang lain membolehkan. Inikah yang ditoleransi?

Hal yang semestinya terus digalakkan dalam dakwah adalah bagaimana tauhid, yang menjadi inti ajaran Islam, menjadi motor penggerak segala gerak gerik umat dalam berbangsa dan bernegara. Tauhid seharusnya muncul sebagai cara pandang (worldview) umat terhadap persoalan yang dihadapi dan juga menjadi landasan di setiap tanggungjawab pekerjaan yang diemban. Dengan ini yakinlah segala kerusakan yang ada di segala system bisa diperbaiki. Hal yang ini sebenarnya sudah dikenal di kalangan Muhammadiyah dengan Tauhid Sosial yang dicetuskan oleh Ust. Amin Rais, atau disebut dengan Tauhid Amali oleh Syekh Muhammad al Ghazali.

Umat Islam harus kembali kepada Tauhid ketika membuat dan memandang suatu hukum Negara. Sesuai tidak dengan Islam? Kalau tidak, siapa yang lebih pantas diikuti? Selanjutnya umat harus ikut berperan memikirkan bagaimana mengendalikan Negara agar sesuai dengan batasan2 Islam. Itu seharusnya menjadi beban bersama. Lebih dari itu seharusnya Tauhid muncul di segala bidang pekerjaan dan pendidikan. Setiap pekerjaan seharusnya diniatkan untuk mencari ridho Allah. Setiap ilmu harusnya diyakini berasal dari Allah dan dimanfaatkan untuk kehidupan manusia sebagai amanah dari Allah. Pekerjaan bukan sekedar untuk penyambung hidup dan kepuasan pribadi, dan ilmu bukan sekedar untuk mendapat perstise, pekerjaan dan jabatan.

Sebagian kelompok memang menjadikan Tauhid sebagai dasar gerakannya. Pemurnian Tauhid menjadi tujuannya. Hanya saja saya menilai mereka salah kaprah dalam aplikasinya. Segala perbedaan fiqih yang berbentuk khilafiyah diantara para ulama tidak seharusnya dikaitkan dengan akidah. Perdebatan tanpa ujung dalam permasalah ilmu Tauhid (ilmu kalam) seharusnya tidak sampai kepada tingkat takfir dan syirik. Cukuplah segala perbedaan itu begitu adanya dan kita beralih kepada hal yang lebih utama.

Benar ketika Nabi Saw di Mekah perhatian Nabi terfokus kepada perbaikan akidah umat. Dengan Tauhid umat hanya takut dan tunduk kepada aturan2 Allah kemudian tercermin dalam amaliah dan akhlak. Tapi apa Nabi ketika itu menempuh jalan perdebatan ilmu kalam dalam menjelaskan Tauhid. Ketahuilah bahwa sebenarnya ilmu kalam itu muncul untuk membentengi akidah Islam dari syubhat2 musuh dan menyerang balik, bukan untuk dakwah. Ketika Nabi di Madinah, ketika umat telah siap menerima apa saja yang datang berupa syariat dari Allah, maka Nabi mulai kepada dakwah pembentukan masyarakat Muslim dalam lingkup Negara berikut system dan perangkatnya. Ini bisa terjadi karena akidah tadi sudah kuat dan nilai-nilai Islam sudah tampak. Tidak mungkin kita bicara menegakkan syariat sedangkan nilai-nilai Islam belum ada. Siapa yang menegakkan? Siapa yang percaya? Apa harus dengan pedang? Ketahuilah bukan begitu Rasul Saw menegakkan syariat Islam.   


Syariat Islam ditegakkan di atas nilai2. Jika nilai2 Islam dan Tauhid sudah membumi maka ketahuilah menerapkan syariat Islam bagaikan membalik telapak tangan, bagaikan para Sahabat Rasul radhiyallahu anhum yang melemparkan botol minuman ditangannya, memecahkan bejana2 khamar di rumahnya, hingga tanah Madinah basah oleh khamar di seketika turun larangan meminumnya. Kalaulah yang kaya sadar dengan hak yang miskin ada di dalam hartanya, tidak ada monopoli kekayaan, yang kaya dan miskin saling bahu membahu memajukan masyarakat dengan ikhlas, di saat seperti itu apa tidak pantas tangan pencuri dipotong karena telah merusak keharmonisan bersama. Kalaulah umat sadar bahaya zina, kabar porno tidak ada dan tidak diminati lagi, urusan menikah disokong bersama dan dimudahkan, masyarakat terjaga dalam lingkungan yang terhormat, lalu ketika itu ada yang berzina kemudian merusak keharmonisan itu, apa tidak pantas untuk dirajam? Ya nilai-nilai inilah yang menjadi perhatian dari dakwah Rasulullah Saw. Semoga umat tidak berlarut-larut dalam kegamangannya ketika musuh sudah siap menerkam dengan berbagai syubhat dan propaganda. Amin. 

Komentar

Komentar via Facebook

Paling Sering Dikunjungi

🧭 Pertarungan Penentu Abad Ini: Jika Iran atau Israel Kalah, Apa Nasib Palestina?

Apakah Perang Iran-Israel Nyata atau Pura-pura? Membedah Perang Proksi dan Perebutan Pengaruh di Timur Tengah

Konflik Timur Tengah: Melampaui Tabir Sektarianisme dan Membaca Geopolitik Sesungguhnya

Tulisan Baru