Natal

Ini status pertama saya selama ber-fb tentang natal. Sebenarnya saya paling malas harus ribut2 tentang natal tiap tahun. Kesannya seolah2 kita ikut merayakan natal dengan cara ribut2 di fb. Ya begitu juga yg saya pikirkan terhadap segala perayaan yg tidak ada hubungannya dg Islam. Seperti happy valentine dan tahun baru misalnya. Ngapain ribut2 toh kita ga akan mengatakannya, dan ga merayakannya? Biarkan saja mereka, itu hak mereka.

Namun kenyataan yg saya temui itu semakin parah. Ga kebayangkan ada mahasiswa2 Islam sesama mereka berkirim salam "selamat natal mohon maaf lahir batin". Ini contoh toleransi yang salah kaprah. Mereka ingin mengkampanyekan ayo ucapkan selamat natal sebagai bentuk kita Islam yang rahmah dan toleran. Yg tidak ikut adalah Islam yg picik, jumud dan intoleran. Setelah itu muncul pula berita2 beberapa pemuka masyarakat mengucapkan selamat natal dan ikut perayaan di gereja dengan memberikan khotbah natal. Ini yg menjadikan permasalahan menjadi pelik dan berbahaya.

Apa sebab? Karena masyarakat akan menganggap natal itu hal biasa. Natal adalah perayaan bersama. Kemudian mereka tidak bisa membedakan antara hari raya mereka dg hari raya umat di luar mereka. Segala kebiasaan dalam perayaan itu akan ditiru, seperti memakai topi santa, pemberian hadiah, dan bisa jadi nanti juga ada yg memasang pohon natal di rumah mereka.

Mustahil? Sama sekali ga mustahil. Lihat saja mereka yg merayakan valentine, kebebasan mengekspresikan cinta pada hari itu benar2 mereka anut. Lihat saja mereka yg merayakan tahun baru masehi, bergadang, berpesta, terompet2, topi kerucut, mercon, berpasang2an menunggu detik2 jam 12 malam. Padahal mereka semua muslim dan masih beraqidah Islam.

Bahaya campur aduk inilah yang menyebabkan sebagian kalangan tetap kokoh melarang mengucapkan selamat natal. Alasan merusak aqidah sudah tidak relevan lagi untuk zaman sekarang. Karena masyarakat juga sudah tahu ketika mengucapkan selamat natal mereka hanya mengucapkannya di mulut, tidak dengan keyakinan bahwa mereka yg bernatal itu selamat dari neraka.

Namun bahaya yg sebenarnya lebih besar dari itu. Kebiasaan ini akan merubah cara pandang masyarakat secara menyeluruh dan bukan hanya mereka yg mengucapkan natal saja. Masyarakat muslim secara luas hingga generasi2 yg baru tumbuh akan memahaminya sebagai perayaan bersama. Segala ciri khas dan syarat perayaan itu pun akan dilakukan. Timbul perasaan kurang afdhol kalau tidak ikutan. Akhirnya campur aduklah agama ini. Dan dipastikan akan berujung juga kepada kegalauan aqidah karena kehilangan jati diri sebagai muslim. Mungkin ini yang dulu menyebabkan Hamka kukuh mengharamkan natal.

Sebagian ulama yang hanif dan lurus memang membolehkan mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani. Ucapan yg hanya sebagai upaya menjaga relasi. Kalau kita punya teman atau relasi bisnis tentu kita akan ikut menyenangkan mereka di hari bahagia mereka. Kalau kita pemimpin mau tidak mau kita dituntut mengayomi semua golongan. Ini hal pengecualian yg tidak bisa dihindarkan. Namun ini tidak berarti ikut merayakan bersama mereka.

Oleh sebab itu bagi siapa yang memiliki teman atau relasi yang kristen silahkan ucapkan hanya kepada mereka saja secara pribadi. Ga perlu diumbar2 di khalayak ramai seperti di fb. Kepada pemimpin2 umat ga usah lebay ngucapin natal di media2 sosial atau media2 berita. Ga perlu seolah2 kita juga perlu merayakannya. Kasihan umat yang salah tanggap. Kalian semua akan bertanggungjawab atas rusaknya aqidah umat kelak.

Disalin dari status fb saya @yayaibra

Komentar

Komentar via Facebook

Paling Sering Dikunjungi

🧭 Pertarungan Penentu Abad Ini: Jika Iran atau Israel Kalah, Apa Nasib Palestina?

Apakah Perang Iran-Israel Nyata atau Pura-pura? Membedah Perang Proksi dan Perebutan Pengaruh di Timur Tengah

Konflik Timur Tengah: Melampaui Tabir Sektarianisme dan Membaca Geopolitik Sesungguhnya

Tulisan Baru