Dakwah dan Manhaj Wasathiyah


Amat sering kita lupa apa tujuan dari hidup di dunia ini. Lupa akan tujuan hidup merupakan faktor penyebab munculnya kemalasan dan kelalaian. Untuk itu tanpa bermaksud menggurui disini penulis ingin kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Kepada kakak-kakak yang telah sukses melewati satu tangga studinya di Al Azhar maupun kepada teman-teman yang sedang berjibaku dalam langkah yang mulia ini; yaitu menuntut ilmu. Sebenarnya keberadaan atau eksistensi kita sebagai manusia di muka bumi ini mempunyai tujuan yang pasti dan asasi. Ada tiga misi yang dibeberkan Allah untuk diemban manusia; yaitu misi utama untuk beribadah (Adz-Dzariyat; 56), misi fungsional sebagai khalifah (Al-Baqarah; 30) dan fungsi operasional untuk memakmurkan bumi (Hud; 61)

Namun ketiga misi ini tidak akan pernah tercapai jika tidak ada risalah yang dibawa  Berdakwah melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW. Para ulama lah pewaris para Nabi. Tanpa adanya gerakan dakwah maka agama tidak akan dapat dilestarikan dan hilang begitu saja. 


Sebagai mahasiswa studi Islam tentunya kita lah yang paling dituntut untuk melanjutkan dakwah Islam. Kita lah yang paling dibebankan sebagai penerus dakwah Rasulullah SAW. Untuk itu perlu kita ketahui bagaimana manhaj Rasulullah berdakwah dan manhaj para penerus beliau sehingga dakwah ini bisa mencapai maksud yang diinginkan. Dengan tata cara dakwah yang efektif  risalah dakwah bisa diterima oleh seluruh aspek masyarakat. Yaitu sebagai petunjuk dan penerang dalam kehidupan manusia. Rahmatan lil'alamin.
 
Selamat Kepada Wisudawan Wisudawati Al-Azhar 2011.


Hadits tentang metode dakwah Rasulullah

Telah kita dengar dan kita baca bagaimana Rasulullah menyampaikan risalah Islam kepada umatnya. Perjuangan penuh keikhlasan dan pengorbanan. Tapi disini penulis hanya ingin memaparkan sekelumit hadits yang dengan gamblang menjelaskan metode dakwah yang diajarkan Rasulullah SAW.   Hadits ini diriwayatkan oleh  Ibnu Abbas ra; “Sesungguhnya Rasulullah Saw saat mengutus sahabat Muaz bin Jabal ra, untuk berdakwah ke Negri Yaman, beliau berpesan:

“Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu golongan dari ahli kitab, maka hendaklah pertama kali yang kamu dakwahkan kepada mereka adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dalam riwayat lain hendaklah mereka mengesakan Allah SWT, bila mereka menerima ajakanmu, maka beritahukan bahwa Allah mewajibkan atas mereka salat lima waktu dalam sehari semalam, bila mereka menerima ajakanmu, sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat yang diambil dari harta orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin, bila mereka mengikuti seruanmu, maka hendaklah engkau menjaga kehormatan harta mereka dan berhati-hatilah dengan do’a orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada pembatas antara dia dan Allah swt ”.(HR. Bukhori-Muslim)

Hadis diatas cukup memberi gambaran kepada kita tentang langkah-langkah dalam berdakwah. Pertama; menyeru manusia kepada tauhid; mengesakan Allah. Penegasan akan hal ini menjadi point terpenting dalam dakwah. Inilah pondasi utama dalam islam. Dan itu penegasan bahwa satu-satunya yang kita sembah adalah Allah. Dialah tempat mengharap, minta tolong dan minta perlindungan. Dialah satu-satunya yang pantas ditakuti. Dialah yang memiliki segala yang ada di alam ini; langit, bumi dan segala isinya. Dialah pengatur alam raya dan menetapkan hukumnya dalam sunatullah. Dia juga raja manusia, satu-satunya yang berhak menetapkan hukum bagi manusia. Inilah ajaran tauhid yang asasi. Jika seseorang telah mampu merasakan hal ini maka segala sikap  dan pemikirannya akan selalu rabbani; berorientasi kepada Allah. Mengukur segala sesuatu dengan hukum Allah. Hal inilah yang ditanamkan sekuat-kuatnya oleh Rasululah SAW kepada sahabat-sahabatnya. Mereka lah generasi terbaik yang mendapatkan pendidikan langsung dari Rasulullah. Ketika tauhid "laa ilaha illallah" telah tertancap kokoh didalam hati, ketika itulah penyerahan diri yang sempurna kepada Allah dapat diwujudkan. 

Kedua: setelah penyerahan diri secara sempura terwujud barulah masuk ke dalam ranah ibadah,muamalah, akhlak dan lainnya. Ibadah utama dalam islam adalah shalat. Salat melambangkan ketundukan dan kepatuhan menyeluruh kepada Allah SWT. Ketiga: setelah seruan salat mereka tegakkan, maka mereka diseru untuk menunaikan zakat. Dengan zakat Islam mengajarkan umatnya untuk menjalin silaturahim. Bagaimana peduli kepada orang lain. Bagaimana bermasyarakat yang baik. Kewajiban berzakat juga mendorong manusia untuk bekerja semaksimal mungkin untuk sampai ke tingkat muzakki. Maka dengan itu kemajuan perekonomian rakyat dapat diwujudkan. Pesan terakhir Rasulullah Saw adalah hendaknya berhati-hati dalam bersikap, berucap dan berbuat jangan sampai ada orang yang terdzolimi dalam berdakwah. Bagaimana ajaran Islam bisa memberikan kenyamanan dan perlindungan kepada seluruh umat manusia. Sampai-sampai Rasulullah memperingatkan “ Hati-hati dengan do’anya orang-orang yang teraniaya karena tidak ada pembatas antara dirinya dengan Allah Swt”.

Begitulah manhaj dakwah Rasulullah. Rasulullah sebagai teladan bagi kita semua. Dakwah tidak dimulai dengan khilafiyah walaupun dalam permasalahan tauhid. Bentuk penghambaan kepada Allah secara sempurna lah yang dituju dari tauhid. Kemudian dakwah juga tidak dimulai dengan ibadah-ibadah sunnah. Tidak pula menonjolkan masalah-masalah khilafiyah fiqih dan berbusana kepada masyarakat. Apalagi sampai memvonis kafir, musyrik atau inkar sunnah. Bukan begitu dakwah Rasulullah. Rasulullah sangat mengedepankan akhlak dalam berdakwah bahkan kepada mereka yang non muslim. Sangat disayangkan sekarang ini munculnya sekolompok orang yang hobi memvonis dan mengkafirkan orang lain. Hendaklah dakwah itu menyatukan dan bukan memecah belah. Dakwah yang membawa rahmat bukan laknat, kedamaian bukan keresahan, persaudaraan bukan permusuhan, kesatuan bukan perpecahan, keselamatan di dunia dan di akhirat.

Manhaj dakwah Al-Azhar Asy-Syarif

Sebagai mahasiswa al-azhar semestinya kita pahami dan ikuti bagaimana manhaj Al-Azhar dalam berdakwah. Sebagai pilar utama penyebaran dan pendidikan agama Islam sejak lama tentunya Al-Azhar mempunyai manhaj unggul dalam suksesnya dakwah Islam. 

Ketua Ikatan Alumni Universitas Al-Azhar Internasional, DR Muhammad Abdul Fadel mengatakan: "Islam moderat telah menjadi pilar Al-Azhar dan Islam rahmatan lil alamin itu untuk menunjukkan bahwa agama Islam bermanfaat bagi semua golongan." Pidato ini disampaikan saat memberikan sambutan dalam silaturahim alumni Al-Azhar di Jakarta, Sabtu (3/7/2010). Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, diminta untuk menyebarkan ajaran Islam yang moderat. Tujuannya, agar Islam bisa diterima di seluruh lapisan masyarakat hingga dunia internasional. Ummatau wasatha. Rahmatan lil'alamin.

Dr. Ahmad Ath-Thayyib, Syaikhul Azhar Asy-Syarif dalam pertemuannya dengan para intelektual dan pemikir Mesir, Sabtu (1/10/2011), dengan tema ‘Menyelamatkan reformasi Bangsa-Bangsa Arab… antara tugas penguasa dan tuntutan reformasi’ juga mengajak bangsa Arab dan Pemimpinnya untuk mengedepankan berfikiran terbuka dan moderat dalam rangka menjaga semangat, peradaban, wawasan dan kemajuan umat. Dan Al-Azhar memainkan peran siginifikan; baik dalam percaturan nasional, sejarah, peradaban dan tanggung jawabnya dalam mengemban cita-cita umat. Al-Azhar akan terus berupaya untuk menjadi pemimpin gerakan nasional menuju kebebasan dan kemerdekaan.

Manhaj dakwah para ulama

Walaupun manhaj Rasulullah SAW, Al-Azhar dan para ulama sama, yakni huwa huwa, tapi sengaja ditulis kepada pembagian-pembagian dengan maksud untuk lebih menekankan lagi bahwa manhaj mereka sama dan seperti itulah sunnah Nabi dalam berdakwah. 

Dalam bukunya Khawatir 'ala Thariq ad-Dakwah, Syekh Muhammad Hassan panjang lebar menjelaskan bahwa setiap du'ah harus mempersiapkan senjatanya untuk turun ke medan dakwah; yaitu hikmah, rahmah dan tawadhu' . Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl; 125, "Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih megetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." 

Hikmah tidak disifati dengan yang baik karena hikmah adalah perkataan yang benar dan tegas yang dapat membedakan yang hak dan yang batil. Sedangakan pengajaran dan berdebat Allah menegaskan dengan yang baik karena ada yang tidak baik. 

Begitu juga beliau menasehati dalam kaedah berdakwah. Pertama haruslah da'i itu berhati-hati dalam bicara. Jangan sampai penampilan berbeda dengan cara bicaranya (Qaf: 18). Kedua jauh dari hawa nafsu. Jangan sampai menghukum atau memvonis dengan rasa marah dan hawa nafsu (Shat: 26). Ketiga berprasangka baik kepada kaum muslimin. Jangan menuduh macam-macam kalau tidak mengerti (al-Hujurat: 12). Keempat berilmu dan bersikap adil. Jangan bicara tentang sesuatu tanpa ilmu, bid'ah atau apapun (al-Isra: 37). Jangan sampai membenci sesama muslim walaupun ahli bid'ah hingga kebencian itu melebihi kebencian kepada orang kafir (al-Maidah: 8). Kelima dalam menilai orang lain seimbangkanlah kebaikannya dan keburukannya. Jangan menyebut keburukannya saja, dan jangan melaknat. Pernah suatu kali seseorang minum khamar dan Rasulullah menjilidnya. Lalu berkata seseorang, "Ya Allah terlaknatlah dia!" Dengan marah Rasulullah bersabda, "Jangan kalian laknat dia! Demi Alah, yang aku ketahui dia mencintai Allah dan RasulNya.  

Dr. Ahmad Ahmad Ghulusy dalam kitabnya 'Dakwah ar-Rusul 'alaihim as-Salam' juga menuliskan manhaj dakwah dari para Rasul.  Dakwah para Rasul selalu dimulai dengan tauhid yang bersamaan dengan dakwah kepada akhlak Islami. Dan kemudian dakwah kepada peribadahan kepada Allah SWT. Da'I harus lah paham dengan keadaan mad'u nya. Mampu menjaga kedekatan dengan objek dakwah dengan penuh kesabaran. Tidak tergesa-gesa dan selalu bercita-cita untuk memberikan pemahaman terbaik kepada masyarakatnya.
Terakhir mengkin sebgai kesimpulan dari tulisan ini penulis ingin mengingatkan bahwa dakwah ini adalah pekerjaan paling mulia. Maka untuk itu dibutuhkan orang-orang mulia untuk mengembannya. Sebaik-baik wasilah dakwah adalah qudwah hasanah (teladan yang baik). Orang yang mengatakan dan mengamalkan. Maka selalu memperbaharui niat dan menambah pemahaman tentang manhaj dakwah Rasulullah SAW menjadi keharusan bagi kita semua. Karena tak ada yang sempurna penulis selalu mengharapkan tambahan dan masukan dari teman-teman pembaca semua. Syukran. 

Referensi:

Ghulusy, Ahmad Ahmad. 2008. Dakwah Ar-Rusul 'Alaihim As-Salam. Sitta Oktober: Syirkah Dauliyah Li At- Tiba'ah.

Ghulusy, Ahmad Ahmad. 2005. Dakwah Islamiyah. Sitta Oktober: Syirkah Dauliyah Li At- Tiba'ah.

Hassan, Muhammad. 2006. Khawatir 'Ala Thariq Ad-Dakwah. Manshurah: Maktabah Fayyadh.
 
Lajnah Bagian Dakwah dan Ilmu Keislaman Kuliah Ushuluddin. 2010. Muqarrar Ushul Dakwah Tingkat Satu Ushuluddin. Cairo.


http://www.al-ikhwan.net/2011/10/4453/syaikhul-azhar-menjaga-kepentingan-umat-adalah-kewajiban-nasional/

Komentar

Posting Komentar

Terima Kasih atas masukan dan pendapat anda, semoga bermanfaat...

Komentar via Facebook

Paling Sering Dikunjungi

🧭 Pertarungan Penentu Abad Ini: Jika Iran atau Israel Kalah, Apa Nasib Palestina?

Apakah Perang Iran-Israel Nyata atau Pura-pura? Membedah Perang Proksi dan Perebutan Pengaruh di Timur Tengah

Konflik Timur Tengah: Melampaui Tabir Sektarianisme dan Membaca Geopolitik Sesungguhnya

Tulisan Baru